BEKASI – Minimnya tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu, Bantargebang, Kota Bekasi, masih dikeluhkan warga sekitar. Hal ini menyebabkan banyak sampah warga yang tidak terangkut hingga menumpuk.
Terkait hal ini, Manager Advokasi dan Kampanye DPN KAWALI, Fatmata Juliansyah, mengatakan sampah yang tidak dikelola dengan baik, dapat berdampak luas pada lingkungan sekitar, seperti pencemaran udara dan air tanah.
“Dan tentunya juga berdampak pada berbagai macam jenis penyakit yang ditimbulkan akibat sampah yang tidak dikelola dengan baik,” kata Juliansah, saat dikonfirmasi, Senin (12/6/2022).
Terkait hal ini, Juliansah merasa perlu dilakukan pengkajian kembali terhadap TPA Sumur Batu secara detail, dengan mempertimbangkan aspek-aspek kebutuhannya.
“Misalnya dari masalah aspek sosial, teknologi, aturan/regulasi dan kemampuan ekonomi pemerintah daerah terkait,” paparnya.
Selain itu, lanjutnya, terbatasnya lahan juga menyebabkan sampah semakin menumpuk, sehingga berkembang menjadi sarang penyakit, mulai dari diare, gangguan pernapasan hingga penyakit kulit.
Mengingat berbagai dampak negatif yang dihasilkan dari sampah-sampah tersebut, pihaknya meminta agar masalah ini dapat diatasi secepatnya.
Salah satu solusi, yakni dengan memanfaatkan teknologi pengolahan sampah yang ramah lingkungan dan terintergrasi sistemnya, seperti teknologi termal yang layak sesuai standarnya.
“Sehingga dapat mengelola sampah hingga ribuan ton/hari dan tidak memerlukan lahan yang sangat luas. Bisa juga hasil panasnya dimanfaatkan menjadi energi listrik sebagai bonusnya,” jelasnya.
Juliansah menambahkan, dengan mempertimbangkan persoalan menumpuknya sampah yang tidak terkelola dengan baik, maka solusi memanfaatkan teknologi dapat dikaji untuk digunakan.
Selain itu abu dari sisa pengolahan sampah melalui sistem termal juga dapat dimanfaatkan menjadi bahan dasar konstruksi setelah melalui prosesnya, sehingga dapat mengembangkan ekonomi sirkuler.
Hal lainnya, yaitu pembaruan alat transportasi pengangkut sampah di kota Bekasi. Pihaknya beberapa kali menemukan kendaraan truk yang sudah tidak layak, namun masih dipergunakan untuk mengankut sampah.
“Baiknya ada peremajaan mengunakan truk khusus angkutan sampah seperti jenis kompektor, agar dalam pengangkutan tidak menimbulkan bau dan ceceran air lindi dari sampah,” pungkasnya.
Sebelumnya, warga RT 02 RW 05 Kelurahan Sumur Batu, Bantargebang, mengeluhkan persoalan TPA Sumur Batu yang masih belum rampung. Keluhan itu disampaikan warga saat reses Anggota DPRD Kota Bekasi, Tumai.
TPA Sumur Batu diketahui sudah overload sehingga tak bisa menampung seluruh sampah warga. Ketidaktersediaan lahan kabarnya menjadi kendala pihak TPA sehingga sulit membuka zona baru.
“Kalau TPA masih kekurangan lahan, tentu bahaya, bisa-bisa Bekasi jadi lautan sampah,” ujar Tumai.